Header Ads

Dari akhwat, untuk ikhwan

Renungan santriwati pondok pesantren di daerah Yogyakarta yang di curahkan dalam sebuah catatan. Mudah mudahan ini bermanfaat(Khairur Umam edisi 29 tahun 2009)

Kata Jalaludin Rumi,” Cinta akan membuat yang pahit menjadi manis, dan dengan cinta, tembaga menjadi emas. Dengan cinta yang keruh menjadi jernih, dan dengan cinta, sakit menjadi obat. Dengan cinta yang mati akan menjadi hidup, dan cintalah yang menbuat seorang raja menjadi hamba sahaya. Dan pengetahuanla cinta seperti tumbuh”.

Aku bukan pujanga yang hendak membahas tentang cinta. Aku juga tidak sedang mencampuri urusan orang lain. Aku hanya ingin memposisikan diri sebagai seorang saudara, yang wajib hukumnya untuk mengigatkan saudaranya, yang “mungkin” salahlangkah.

Aku ingin berbicara atas nama Wanita, terlebih akhwat( klo boleh sih) Tolong untuk para ihkwan ato yang merasa muslim. Wanita adalah mahluk yang sempit akalnya dan mudah terbawa emosi, tapi itu Fakta. Sangat mudah untuk menbuat wanita bermimpi. Tolong, berhati-hatilah member I angan-angan kepada kami. Munhkin akan melengos kalo di sapa, ato munkin membuang muka kalo di puji. But, jujur saja ada perasaan bangga bukan suka sama antum( mungkin ) but suka karena di perhatikan “lebih”. Di antara kami, ada golongan maryam yang pandai menjaga diri. Tetapi tidak semua kami mempunyai hati suci. Jangan antum tawarkan ikatan bernama ta’aruf bila antum benar-benar siap akan konsekuensinya, sebuah ikatan illegal yang bisa jadi berumur tidak cuman dalam hitungan bulan,tetepi mengijak usia tahun, tapna kepastian kapan di legalkan. Tolong pahami arti cinta seperti pemahaman Umar Al Faruq; “seperti induk kuda yang melangkah hati-hati karena takut mengijak anaknya” bukan mengajak kami kebibir neraka. Dengan SMS SMS mesra, telepon sayang, hadiah-hadia ungkapan cinta dan kunjungan pemantapan yang di bungkus sebuah label ta’aruf. Tolong kami hanya ingin menjaga diri. Menjaga amal kami tetap tertuju pada-Nya. Karena jajnji Allah itu pasti. Wanita baik hanya untuk diperuntukan laki-laki baik.

Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu. Jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujiamu. Jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu. Jangan ajak kaki kami berzina dengan melangkah mendatangimu.

Ada beda persahabatan sebagai saudara, dengan hati yang sudah terjangkit virus, beda ini bernama ‘rasa’ dan ‘pemaknaan’. Bukan, seperti itu yang di contohkan Rosulullah SAW. Antum memang bukan Mush’ab, antum juka tidak sekualitas dengan Yusuf AS. Tetapi antum bukan arjuna, dan tak perlu berlagak Casanova. Karean islam sudah punya jalan keluar yang indah: Segeralah menikah. Atau, jauhi wanita engan puasa.

Ali bin Abi Tholib butuh waktu bertahun-tahun untuk mengungkapkan cintanya kepada Fatimah anak kesayangan Rosul, bukan karena dia pengecut tentu saja, justru karena dia laki-laki berkualitas. Berusaha menjaga hijab, agar datang kepada kami Fatimah(Fatimah). Dalam kondisi suci hati. Maaf wanita itu lemah dan mudah di taklukan. Sebagai saudara saudara kami, tolong jaga kami. Karena kami akan kuat menolak rayuan preman, but bisa jadi kami lemah dengan SMS dan surat-surat mesra kalian. Bukankah akan lebih indah bila kita bertemu dengan jalan yang di berkahi-Nya?. Bukankah lebih membahagiakan bila kita di pertemukan dalam kondisi diridloi-Nya?. Bukan Cuma saat nikah, tetapi saat pertemuan yang bebas dari maksiat. Dia Maha memiliki kami, so mintalah kepada-Nya sebelum mendatangkan kami.